Indonesia
Gamereactor
review
The Riftbreaker

The Riftbreaker

Kita menginvasi planet alien, membunuh penduduknya dan mencuri sumber dayanya, lalu membangun peradaban manusia di sana.

HQ

Di tengah-tengah hutan rimba, saya meledakkan bom sambil menghujani musuh dengan napalm. Suara machine gun yang gemuruh terdengar di penjuru hutan. Namun begitu, ribuan musuh terus menyerbu tanpa henti. Kabut memenuhi lanskap yang hijau dan pertahanan pun tergagalkan. Akhirnya saya termakan dan harus mengatur ulang rencana penyerangan. Para musuh tidak punya belas kasihan dan akan menguji pemain dengan segala cara. Jika kamu memiliki kemampuan beradaptasi, berencana, dan melakukan berbagai hal sekaligus serta tetap fokus di bawah stress, maka kamu akan menyukai game ini.

The Riftbreaker adalah sebuah game indie yang mengeksplor resource management, technology trees, base building dan konsep "Twin Stick Shooter". Perpaduan banyak genre namun cukup berhasil untuk sebagian besarnya. Berperan sebagai seorang penjelajah dan peneliti sumber daya untuk membangun peradaban manusia. Dikirim via teleporter dari bumi di dalam pakaian mech ke planet alien untuk bekerja. Sesampainya di sana, kamu akan menemui bahwa planet tersebut tidak kosong. Sesuatu yang ditunjukkan oleh AI di armor.

The Riftbreaker

Begitu sampai, kita memulai dengan membangun markas dan menyelesaikan beberapa tugas. Tujuannya di sini adalah untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk dihuni oleh manusia menggunakan sumber daya yang ada. Planet yang kita datangi dipenuhi dengan hutan rimba dan rumput tinggi. Namun akan berubah seiring perjalanan. Kesan pertamanya memperlihatkan planet yang begitu menarik untuk dikunjungi. Terlihat bagus untuk sebuah game indie dari studio kecil. Bahkan detail kecil seperti pergerakan vegetasi, kehancuran besar dan lainnya dihadirkan di sini.

Ini adalah iklan:

Musuh di dunia ini mengingatkan kita pada Zerg dari Starcraft yang tidak menyukai kita sama sekali. Dikendalikan oleh satu organisme yang menyerangmu secara berkala. Mengharuskan kita terus mengeksplor tanpa henti, membangun markas dengan daya, dinding, bangunan, dan menara. Selain itu teknologi baru bisa ditemukan dari lab, dan melengkapi robot kita dengan senjata baru. Meskipun menara yang melindungi markas cukup kuat, namun kita hanya seorang diri. Kamu jauh lebih kuat, sehingga penting untuk memprioritaskan tempat kita di peta. Beberapa situasi akan membutuhkan kita untuk membuat markas kecil untuk melindungi markas utama dari monster. Jika kita mati, maka akan kembali setelah beberapa saat, namun akan kalah jika bangunan penting hancur.

The Riftbreaker

Secara pribadi saya tidak memiliki ekspektasi apa-apa terhadap game ini namun saya cukup terkejut. Sebuah game kompeten yang mencoba untuk membuktikan diri mereka. Mengubah beberapa genre dan konsep mekanik dari game yang berjalan baik. Kelebihannya adalah kamu akan selalu melakukan sesuatu tanpa harus menunggu sesuatu untuk terjadi. AI akan membantu memberikan komentar akan perubahan cuaca dan terjadinya berbagai hal. Sistem percuacaan seperti hujan meteor, tornado, gempa menjadi fitur yang mengagumkan, yang memberikan pengaruh besar pada permainan dan dapat menghancurkan seluruh markas. Membantu memberikan rasa nyata dan dinamis. Kita juga bisa mengetahui kapan akan diserang dan selalu ada misi untuk dilakukan. Menjadi pengulangan dari menyerang sarang, mengekstrak sumber daya, eksplorasi, dan melindungi markas.

Tidak semuanya positif dan beralih ke menu akan menghentikan permainan dan menarik kita dari pengalaman. Juga dirasa sedikit lambat untuk digunakan. Di sisi lain, banyak opsi untuk mengkostumisasi setelan robot kita. Persenjataan cukup klasik seperti ranjau, pelontar granat, flamethrower, pedang dan senjata otomatis. Akan sering berpindah antara tiap senjata. Kita juga bisa memasang alat untuk nyawa, modifier dan mengubah warna setelan. Konstruksi dasar juga penuh dengan alternatif yang bisa dibuka via teknologi. Seperti game strategi real-time dan bahkan seperti Factorio jika kamu tidak membangun rute transport logis. Kamu dapat mengekstrak sumber daya dalam setelan, namun cara termudah adalah untuk membuat bangunan yang menghasilkan sumber daya tersebut. Memungkinkan kita untuk memperkuat pertahanan dan melanjutkan eksplorasi. Beberapa sumber daya lebih sulit untuk ditemukan dan memerlukan bantuan lain. Namun akan membutuhkan teknologi tertentu untuk dieksplor. Di level tertentu, kamu perlu memprioritaskan diri sendiri dibanding orang lain untuk bertahan hidup. Lokasi bangunan, variasi dari pemulihan energi dan lainnya perlu direncanakan agar berhasil.

Ini adalah iklan:
The Riftbreaker

Namun, tidaklah sempurna dengan waktu loading yang lama dan masalah performa pada menu. Tapi saya yakin ini bisa diperbaiki ke depannya. Saya beberapa kali menemui crash ke desktop dan mengalami sedikit lag saat banyak hal terjadi di layar. Suara dan musik yang memuaskan. Terutama, saya terkejut akan grafis dan pengisi suara yang sangat berkualitas. Game pendahulu mereka X-Morph: Defense juga memuaskan untuk dilihat beserta segala efeknya. Saya bisa mengatakan bahwa The Riftbreaker mengangkat banyak tampilan dari pendahulunya tanpa banyak meniru mekanik game tersebut. Perbedaan terbesar adalah di sini permainan jauh lebih reaktif. Musuh tidak menunggu kita untuk memulai penyerangan, namun akan terjadi tanpa persetujuan kita.

The Riftbreaker

Terdapat pula cerita yang memperkuat petualangan. Dalam X-Morph: Defense, kita yang menjadi alien yang menyerang bumi untuk sumber dayanya. Di The Riftbreaker, kita menjadi alien yang menyerang planet Galata-37 dan membunuh penghuninya untuk mendapatkan akses ke sumber daya mereka. Secara tema, Exor Studios konsisten dengan tema mereka dari siapa yang menyerang dan siapa yang bertahan. Perbedaannya adalah dalam petualangan sebelumnya, sang protagonis yang bernama Ashley lebih peduli untuk mempelajari para lokal dibanding membasmi segala kehidupan. Seperti yang bisa dipahami, alir cerita bukanlah inti dari permainan ini. Cukup menyenangkan untuk mendengarkan Mr. Riggs, AI di dalam setelan robot kita, berdebat dengan sang protagonis tentang berbagai hal. Meski narasi dan skripnya sendiri bisa dibilang setara dengan film yang biasa saja.

Membelah diri memainkan segala aspek mekanik game ini hingga akhir adalah sebuah ujian. Saya sudah lama tidak se-stress ini. Menangani teknologi, bangunan, serangan, beragam bioma dengan tantangannya tersendiri, bencana alam membuatmu selalu melakukan sesuatu. Saat serangan membesar, mereka akan menjadi sangat besar. Membuat stress, menantang, dan memuaskan. Mengenai mekanik game, ini menjadi contoh indie game yang baik yang mampu mengikat dan menarik pemain. Meski terasa repetitif dan mode survival yang tidak begitu mengejutkan, permainan yang didapat setara dengan harga yang diberikan. Dari campaign saja sudah bisa habis 18-40 jam sendiri. Sehingga saya sangat merekomendasikan game ini jika kamu tertarik. Meski dengan kekurangannya, game ini menjadi game terbaik Exor Studios sejauh ini.

The Riftbreaker
07 Gamereactor Indonesia
7 / 10
+
Grafis bagus. Mendalam. Banyak hal yang perlu dilakukan. Campaign panjang. Mode survival yang padat. Konsep menarik.
-
Beberapa bug. Waktu pengisian lama. Narasi lemah. Agak repetitif menuju akhir.
overall score
ini adalah skor dari jaringan kami. Bagaimana dengan kamu? Skor jaringan adalah rata-rata dari skor setiap negara

Teks terkait

0
The RiftbreakerScore

The Riftbreaker

REVIEW. Ditulis oleh Patrik Severin

Kita menginvasi planet alien, membunuh penduduknya dan mencuri sumber dayanya, lalu membangun peradaban manusia di sana.



Loading next content