Indonesia
Gamereactor
review film
Godzilla vs. Kong

Godzilla vs. Kong

Sulit untuk melihat bagaimana masa depan dari Monsterverse, tapi yang pasti, film ini menghibur.

Bagi saya, melihat kelahiran dari "Monsterverse" milik Warner Bros. merupakan sebuah roller coaster emosi. Film awal dari tahun 2016 oleh Gareth Edwards adalah salah satu film monster favorit sepanjang masa bagi saya, dan saya sering mengambil kesempatan untuk membelanya terhadap mereka yang mengkritik. Ia intens, disusun dengan baik, bertempo menarik, dan yang paling penting, disajikan dengan penggambaran yang mengancam dari sang titan.

Sebaliknya, sang kelanjutan, Godzilla: King of the Monsters dari tahun 2019 mungkin adalah salah satu film monster terburuk yang pernah saya lihat. Ia menukar kedalaman narasi dengan perkembangan karakter yang kosong, sementara aksinya itu sendiri berkoreografi buruk dan tidak terstruktur secara seimbang. Seperti melihat tabrakan kereta, sebuah tabrakan besar, bahkan.

Jadi, pertaruhannya sekarang jadi lebih tinggi, dengan fase pertama dari semesta ini menuju puncaknya dengan Godzilla vs. Kong, di mana kedua makhluk ikonik ini harus menghadapi satu sama lain. Dari sisi manusia, ada karakter-karakter dari Alexander Skarsgard, Millie Bobby Brown, Rebecca Hall, dan Kyle Chandler.

HQ

Secara khusus di King of the Monster, adalah para manusia yang membuat kita kecewa. Mereka memberikan kita plot yang konyol dan rumit tentang terorisme ekologi. Meskipun hal ini langsung tersambung dengan kejadian dari film sebelumnya, kali ini plotnya lebih bisa diterima. Percayalah, ada dialog yang buruk di sini, dan penjelasan yang lemah, tetapi sutradara Adam Wingard dengan segera sadar bahwa di sini yang kita ingin saksikan adalah Kong dan Godzilla bertarung.

Ini adalah iklan:

Tapi untuk lebih bisa menangkap film ini, mari kita rangkum plotnya. Jadi, Godzilla telah berubah dari sebuah penyelamat dan pelindung manusia menjadi ancaman, tanpa alasan yang jelas. Dengan dunia yang masih kacau akibat pertarungan antara Godzilla dan Ghidorah, organisasi Monarch mengambil satu kesempatan untuk entah itu menenangkan atau membinasakan predator alpha ini - yaitu memanfaatkan Kong. Dan akhirnya bertarunglah mereka, dan kira-kira seperti itu.

Tentu saja, geolog Skarsgard dan ahli bahasa + antropolog Hall mencoba untuk memahami kemarahan Godzilla, lalu ada Millie Bobby Brown yang sekali lagi memberikan penampilan medioker sebagai Madison Russell. Namun, secara umum, sekali lagi, Wingard sadar kita di sini tidak untuk melihat banyak urusan manusia, jadi keterlibatan mereka telah sedikit dipotong. Mereka masih ada memang, sayangnya, tapi tidak begitu banyak.

Godzilla vs. Kong

Hall dan Skarsgard memang berhasil memberikan performa yang menyenangkan, dan mereka adalah jangkar utama dari film ini, jadi film ini sebenarnya memiliki akting yang lumayan. Tetapi Godzilla vs Kong mengerti sajian seperti apa yang diinginkan pemirsanya, sehingga memfokuskan dirinya terhadap Kong, yang pada akhirnya hadir sebagai karakter yang lebih seimbang dibandingkan para manusia. Hal ini membuatnya impresif sekaligus memuramkan.

Ini adalah iklan:

Jadi bertarunglah mereka, hampir secara eksklusif selama dua jam. Dan betapa menakjubkan pertarungan itu. Tidak seperti King of the Monsters, Wingard memiliki lebih banyak kuasa atas karyanya, dalam pengambilan posisi dan temponya, sehingga pertarungan-pertarungan antara kedua raksasa ini terkoreografi dengan presisi.

Ia juga terlihat bagus, dengan animasi CG yang cukup mendetail secara umum, tetapi masih ada ruang untuk sudut pandang yang lebih baik lagi dalam laganya. Terdapat beberapa pemilihan warna dan kontras yang cukup cerdik untuk memastikan kita memahami skalanya, dan ia tidak pernah kehabisan ide untuk membuat pertarungannya terus segar.

HQ

Di sisi lain, sangat disayangkan melihat Wingard mengandalkan ciri khas B-movie di sini. Kebanyakan orang mungkin menantikan Godzilla vs Kong dalam hal pertarungannya saja. Namun, bagi saya, Godzilla dari tahun 2014 membuktikan bahwa kamu bisa membuat sebuah film tentang monster yang mengancam, dengan plot yang sedikit terlalu serius, tanpa benar-benar tidak masuk akal. Semua itu tidak ada di sini, karena film ini lebih cenderung menjadi sebuah pertandingan gulat, dengan beberapa kebisingan sekitar yang tidak diinginkan.

Pada akhirnya, dengan semua yang sudah dikatakan, Godzilla vs. Kong merupakan sebuah kebangkitan dari franchise ini. Setidaknya, ini adalah bukti bahwa Warner Bros. dapat membuat film lintas monster yang seru. Bagaimana masa depan dari Monsterverse masih sulit untuk diprediksi, tetapi yang pasti, ia menghibur.

07 Gamereactor Indonesia
7 / 10
overall score
ini adalah skor dari jaringan kami. Bagaimana dengan kamu? Skor jaringan adalah rata-rata dari skor setiap negara

Teks terkait

0
Godzilla vs. Kong

Godzilla vs. Kong

REVIEW FILM. Ditulis oleh Magnus Groth-Andersen

Sulit untuk melihat bagaimana masa depan dari Monsterverse, tapi yang pasti, film ini menghibur.



Loading next content