Indonesia
Gamereactor
review
Phoenix Point

Phoenix Point: game taktik yang dipenuhi bug namun tetap menarik

Game taktik keluaran Snapshot yang bergaya mirip Xcom ini akhirnya bangkit dari early access.

HQ
HQ

Penggemar genre strategi kemungkinan besar sudah pernah mendengar tentang Phoenix Point, game taktik baru keluaran Snapshot Games yang memiliki banyak kesamaan dengan XCOM original dan versi reboot buatan Firaxis. Bahkan jika kamu melihat sepintas screenshot di artikel ini, bisa-bisa kamu mengira kami menulis tentang Xcom 3, saking banyaknya kesamaan antara kedua serial.

Kami telah melihat tren rilisnya sejumlah game-game taktik baru yang terinspirasi Xcom. Tapi tidak ada yang dibuat oleh tim yang selevel dengan tim di balik Phoenix Point; dan setelah menghabiskan waktu dengan game ini di masa pengembangannya, sekarang saatnya menilai hasil akhirnya dan menentukan apakah ia dapat bersaing dengan game rivalnya, Xcom 2 yang sangat berkualitas.

Phoenix Point, walau masih memiliki kekurangan di beberapa sisi, juga punya banyak kelebihan. Pertama-tama, game ini memiliki cerita yang dalam dan menarik dengan inspirasi horor ala Lovecraft, membuatnya berbeda dari pesaing yang lain.

Ini adalah iklan:

Alien penjajah tidak ada di sini, melainkan virus yang muncul saat lapisan es mencair akibat pemanasan global! Virus yang dipanggil Pandoravirus ini membuat orang bermutasi, menjadikan mereka monster mengerikan dengan cangkang seperti kepiting dan kekuatan-kekuatan aneh. Pemain memasuki dunia ini beberapa tahun setelah insiden awal, saat virus telah melanda dan melemahkan masyarakat.

Es yang mencair ini juga mengubah daratan. Banyak permukaan bumi telah tenggelam ditelan lautan yang terus meluas. Terlebih lagi, umat manusia tidak lagi tinggal berdasarkan sistem negara. Sebagai gantinya ada tiga faksi: faksi yang menginginkan ras manusia yang murni, faksi yang mengandalkan teknologi, dan faksi yang siap menerima ancaman mutan. Pemain berinteraksi dengan mereka selaku kepala proyek dari Phoenix Project, sebuah organisasi misterius yang perlu pemain bangun sembari menghadapi ancaman para mutan.

Phoenix Point

Game ini terbagi menjadi dua bagian. Waktu pemain terbagi antara permainan strategi perencanaan pasukan yang telah pemain rekrut, latih, dan perlengkapi, lalu pemain juga mengatur detail serangan melalui taktik lapangan. Waktu pemain lebih condong dihabiskan di bagian eksekusi taktis lapangan, tetapi justru sisi strateginya yang kami rasa lebih menarik.

Ini adalah iklan:

Pemain awalnya memiliki satu markas dan satu pesawat terbang untuk terbang ke daerah-daerah yang ditandai di seluruh dunia - atau disebut juga 'geoscape' - untuk melakukan eksplorasi sembari mencari informasi dari penduduk lokal. Setelah selesai mengeksplorasi suatu daerah, memenangkan beberapa pertarungan, dan menyelesaikan poin-poin cerita, pemain harus memindai perbatasan area untuk menemukan tujuan baru yang bisa ditelusuri belakangan. Inilah cara pemain bergerak keliling dunia, merekrut pasukan baru dari pemukiman yang pemain singgahi, dan bertarung melawan siapapun - atau apapun - yang menghalangi misi pemain.

Phoenix Point

Sistem tiga faksi ini memang menarik, walau kami tidak ingin menjadikan orang lain musuh dan berusaha menghindari konfrontasi dengan semuanya - walau ini terasa seperti cara main yang salah. Kami menikmati saat-saat pertemuan dengan karakter baru ketika mengeksplorasi dunia, dan pengenalan aspek-aspek baru dilakukan dengan baik melalui pengenalan sistem gameplay secara bertahap. Meskipun demikian, beberapa hal tidak diterangkan dengan cukup jelas dan ada banyak unsur cerita yang harus dibaca manual di wiki dalam game jika ingin memahami keseluruhan kisah.

Kemajuan pemain tidak hanya diukur melalui misi-misi utama yang dijalankan tetapi juga kondisi operasi emain, dengan perbaikan markas dan pelaksanaan riset sebagai prioritas utama. Pemain juga dapat bisa menambah opsi taktis lapangan dan menciptakan senjata atau perlengkapan baru melalui reverse engineering. Setiap anggota pasukan bisa mendaki skill tree berdasarkan class masing-masing. Kemampuan memilih class kedua setelah pemain mencapai level tertentu membuat pasukan pemain siap bertarung menghadapi berbaga kondisi.

Phoenix Point

Selanjutnya tinggal membawa pasukan pemain ke setiap pertarungan yang mengambil tempat di map berbasis grid yang dipenuhi tempat bersembunyi dan bangunan untuk dijelajahi. Map ini memiliki elemen prosedural yang menghasilkan lebih banyak variasi, walau terkadang terasa acak dan kurang dirancang. Kebanyakan misi cukup simpel dan berakhir setelah tujuan dituntaskan, tapi, perilaku AI yang ganjil bisa menjadikan pertarungan terasa kurang otentik. Kami sudah mengalami musuh yang langsung menerjang bahaya dan membiarkan diri mereka diserang balik dengan mudah. Kejadian seperti ini tidak terlalu sering jadi dapat kami lupakan, namun, kadang membuat ceritanya kurang mengena.

Phoenix Point mungkin pada intinya memang tentang menembak mutan-mutan berkepala kepiting di muka (menggunakan sistem targeting ala VATS yang kami cukup nikmati), tetapi minggu terakhir ini terasa seperti pencarian bug. Satu makhluk psikis dari selubung kabut Pandoran entah bagaimana membuat sebuah misi menjadi giliran musuh terus menerus, sehingga game terpaksa kami restart. Sedangkan bug lain di fase strategi persiapan membuat kami tidak bisa memberangkatkan pasukan ke mana pun dan kami terpaksa mengulang dari save point sebelumnya, menghapus usaha berjam-jam. Kami juga menemukan bug minor lain yang tidak sampai merusak game, kebanyakan saat pertarungan, dan kesalahan-kesalahan kecil ini mengganggu nuansa realisme yang berusaha dibangun.

AI yang simpel juga membuat musuh memiliki perilaku yang gampang terbaca dan pertarungan mudah diselesaikan, khususnya jika pemain mengeksplorasi pilihan-pilihan yang diberikan game. Di game-game lain sejenis ini, pemain biasanya mendapatkan dua fase aksi per karakter, tapi di sini sistemnya lebih dalam. Pemain dapat menggerakan unit mereka sepanjang map menggunakan action point dengan fleksibilitas yang lebih tinggi dan semua detail sistem gameplay disampaikan dengan jelas. Juga ada sistem willpower yang membolehkan pemain melakukan tindakan atau menggunakan kemampuan tambahan.

Phoenix Point

Pasukan pemain juga mendapat luka di area spesifik, jadi jika mereka tertembak di daerah lengan, mereka mungkin tidak dapat menembak dengan tangan itu di ronde berikutnya. Fitur ini membuat pengelolaan inventori jadi sangat penting, tapi ini adalah sisi lain yang berhasil dieksekusi developer dengan cakap, dan pemain juga dapat mengambil barang dari kotak barang ataupun musuh dan kawan yang sudah gugur. Lingkungan permainan cukup interaktif, walau terkadang memunculkan bug lain, tetapi tembok perlindungan yang bisa dihancurkan dan pilihan taktis yang tersedia menjadikan fitur ini patut digunakan terlepas dari bugnya.

Variasi musuh yang dapat dihadapi pemain juga cukup menarik. Ketiga faksi dilengkapi dengan jenis-jenis mutan yang harus dilawan, masing-masing dengan kemampuan yang mewajibkan pemain untuk mengadaptasi taktik mereka demi melawan kemampuan tersebut. Ada beberapa musuh dengan pertahanan yang tebal sehingga memerlukan serangan bertubi-tubi, tapi umumnya kami merasa variasi unit cukup memuaskan dan menjadikan bagian pertarungan terasa menyenangkan. Aspek ini cukup membantu karena beberapa misi sebenarnya agak membosankan. Game ini juga terlihat cukup cantik, walau sisi suaranya tidak sebagus sisi grafisnya, dengan soundtrack yang biasa saja dan voice-over ala kadarnya.

Kami telah menunggu game yang dapat melebihi Xcom 2, dan upaya Snapshot cukup berhasil karena tema cerita yang kuat dan sisi strategi persiapan yang memuaskan, namun, masih ada beberapa hal yang menahannya, terutama sejumlah bug yang masih mudah ditemui pemain. Kami dapat memaklumi penghematan yang harus dilakukan dan beberapa unsur yang disederhanakan (misalnya voice-over) karena keterbatasan dana, tetapi game ini butuh perbaikan lebih lanjut jika ingin bersinar.

AI yang dungu juga menjadi masalah lain, membuat skenario yang seharusnya bisa membuat pemain memutar otak menjadi adu kekuatan saja. Tetapi, masih banyak hal menarik di Phoenix Point yang membuat game ini layak dicoba jika kamu penggemar berat genre taktik yang senantiasa mencari tantangan selanjutnya.

HQ
07 Gamereactor Indonesia
7 / 10
overall score
ini adalah skor dari jaringan kami. Bagaimana dengan kamu? Skor jaringan adalah rata-rata dari skor setiap negara

Teks terkait



Loading next content